TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
Oleh, Irsyad Das, M.Pd., Kons.
Proses kognitif dipandang sangat fundamental dalam psikologi. Jean Piaget mempelajari perkembangan kognitif manusia, dan menemukan dua proses dasar yang melatari perkembangan kognitif: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi berarti “menyerap” yaitu menyerap obyek ke dalam struktur kognitif dan memberinya makna sesuai dengan struktur kognitif yang tersedia. Contohnya, bayi mampu memegang dan mengambil benda-benda kecil yang mudah dipegang. Pada orang dewasa, asimilasi seperti melihat dan memastikan ke sekelilingnya bahwa semua benda tetap sama seperti sebelumnya sehingga menciptakan rasa aman.
Akomodasi berarti “berubah” yaitu perubahan struktur kognitif setelah mempelajari obyek atau informasi yang baru. Dengan demikian belajar lebih merupakan proses akomodasi, di mana seseorang menambah informasi baru untuk mengubah pengetahuan yang telah ada. Akomodasi merupakan perkembangan dari asimilasi. Pada contoh bayi di atas, kemampuan menggenggam berkembang menjadi kemampuan mengambil benda-benda dengan bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.
Perkembangan kognitif merupakan asimilasi dan akomodasi yang terus menerus. Dengan kata lain, dalam belajar manusia perlu “mengalami” dengan cara mengenali benda dan informasi yang ada dan mempelajari benda dan informasi baru. Proses tersebut membuat orang mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Perkembangan kognitif terutama dipandang sebagai proses akomodasi.
Selanjutnya Piaget mengemukakan empat tahap atau tingkatan perkembangan kognitif, yaitu sbb:
Selanjutnya Piaget mengemukakan empat tahap atau tingkatan perkembangan kognitif, yaitu sbb:
- Tahap Sensorimotor ( 0-2 tahun): anak mulai belajar dan mengendalikan lingkungannya melalui kemampuan inderawi dan gerakan. Piaget menemukan pada tahap ini terjadi kecenderungan untuk mengulangi tingkah laku yang sudah dikuasai (primary circular reaction), dan kecenderungan memanipulasi lingkungan (secondary circular reaction), yaitu anak mengetahui suatu benda tetap ada atau bersifat tetap walaupun tidak lagi terlihat olehnya.
- Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun): anak mulai mempelajari kategori konseptual dan bahasa, namun belum sampai pada kecerdasan sesungguhnyaatau konsistensi logika. Pada tahap ini anak sudah menyadari orang lain punya pandangan yang berbeda dengan dirinya.
- Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun): proses berpikir atau tugas mental dapat dikerjakan (operasional) asalkan obyeknya terlihat (konkret). Ada dua kemampuan yang dikembangkan pada tahap ini: konservasi dan reversibilitas. Konservasi adalah kemampuan menyadari suatu obyek tidak berubah volumenya walaupun bentuk dan perspektifnya berubah. Percobaannya sebagai berikut:
- Anak kecil melihat dua buah gelas dengan bentuk dan ukuran yang sama dan diisi air dengan volume yang sama.
- Kemudian air pada salah satu gelas dituang ke dalam gelas yang lebih pendek tapi luas.
- Anak ditanya: gelas mana yang lebih banyak isinya?
- Anak usia 7-11 tahun menyadari bahwa volume air tetap meski bentuk gelas berbeda, sedangkan anak berusia 6 tahun menyebut air di gelas yang tinggi lebih banyak.
Reversibilitas merupakan kemampuan untuk memikirkan obyek seperti pertama kali urutannya dikenali. Percoibaannya sbb:
- Dua baris benda yang sama jumlahnya diperlihatkan kepada anak.
- Satu baris disusun kembali dengan urutan berbeda.
- Anak ditanya: baris mana yang bendanya lebih banyak?
- Anak usia 7-11 tahun menyadari bahwa jumlah benda masih tetap sama meski urutannya diubah, sedangkan anak usia 6 tahun menyatakan benda yang diurutkan dengan jarak lebih panjang berjumlah lebih banyak.
- Tahap Operasional Formal (lebih dari 11 tahun): proses berpikir atau pekerjaan mental dapat dilaksanakan dengan menggunakan pemikiran abstrak. Pada tahap ini berpikir telah dipengaruhi oleh penalaran, pengambilan keputusan dan pilihan solusi untuk pemecahan masalah. Anak mengembangkan kemampuan menggunakan dalil logika seperti orang dewasa. Pemikiran kreatif dan gagasan imajinatif dapat merupakan hasil proses berpikir operasional formal ini.