Pages

Jumat, 12 Oktober 2012

Teori Humanistik Menurut Carl Rogers

TEORI HUMANISTIK   MENURUT CARL ROGERS

I.         PENDAHULUAN
Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia / individu. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.1
Tokoh pesikologi humanistik selain Abraham Maslow ialah Carl Rogers ( 1902-1987). Carl Rogers menjadi sangat terkenal karena metode terapi yang dikembangakanya, yaitu terapi yang berpusat pada individu.2

II.      PEMBAHASAN
A.      SEJARAH CARL ROGERS
Carl Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari 1902 di sebuah keluarga besar tradisional yang harmonis didaerah pertanian. Awalnya Rogers berminat pada ilmu pertanian. Ia pun belajar pertanian di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun 1924, ia masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple dan selama masa studinya ia juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil.
Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori Freud. Tahun 1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk mengembangkan idenya tentang psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers menjadi profesor psikologi di Universitas Universitas Negeri Ohio. Perbedaan teori yang didapatkannya justru membuatnya menemukang benang merah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan teorinya sendiri.3
B.       SUDUT PANDANG CARL ROGERS
Kunci utama sudut pandang Rogers ialah bahwa orang cenderung berkembang ke arah positif, dengan kata lain mereka akan memenuhi potensi mereka kecuali kalau mereka mengalami rintangan. Sehingga Rogers juga berpandangan bahwa semua orang pada dasarnya adalah baik.
Menurut Rogers, orang yang sehat secara psikologis adalah mereka yang memiliki konsep diri yang luas, yaitu mampu memahami dan menerima berbagai perasaan dan pengalaman. Control diri yang berasal dari dalam diri seseorang adalah lebih baik dari pada control yang dipakasakan dan berasal dari luar.4

C.      POKOK-POKOK TEORI ROGERS
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
1.         Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual)
              Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
a.       Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b.        Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
c.         Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.

2.      Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience)
Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
3.      Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai bermacam-macam sifat:
a.         Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
b.        Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
c.         Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan).
d.        Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
e.         Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
f.         Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.5

D.      DINAMIKA KEPRIBADIAN
Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi penuh:
1.       Keterbukaan pada pengalaman
Yang berarti bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan-ungkapan baru.
2.       Kehidupan eksistensial
Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman melainkan menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman baru.
3.       Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Yang berarti bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
4.       Perasaan bebas
Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
5.       Kreativitas
Seorang yang  kreatif bertindak dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan.



E.       TERAPI ROGERS
Rogers memiliki pengaruh besar dalam praktek psikotrapi. Dalam terapi Rogers, terapis cendrung bersifat sportif dan tidak mengarahakan. Terapis beremapti terhadap klien dan memberikan penghargaan yang tulus. Selama berkecimpung di bidang konseling anak dan psikologi klinis, rogers menyadari bahwa klienlah yang paling memahami letak permasalahan dan aarah terapi seharusnya berlangsung. Rogers juga memadang orang sebagai sebuah proses perubahan sekumpulan potensi.
Rogers juga berpendapat bahwa ada dua kondisi utama yang diperlukan agar tercipta perubahan kepribadian dalam psikotrapis :
Pertama, terapis harus bias memperlihatkan perhatian yang tulus terhadap klien.
Kedua, terapis memiliki pemahaman yang empatis dalam arti terapis harus bisa merasakan ketegangan dan perasaan yang dirasaankan kliennya.6
Yang menarik dari metode Rogers ialah selain teknik dan prosedurnya itu sendiri ada juga keberanian Rogers untuk merekam proses wawancara dalam psikotrapinya untuk kemudian membahasnya bersama teman-teman sejawatnya atau mahasiswanya. Di masa lalu keterbukaan semacam ini masih langka dan langkah-langkah Rogers dianggap sebagai printis untuk kemajuan pengembangan metode psikotrapi.7
Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode
6.     Keperibadian ; Howad S. Friedman dan Miriam W. Schustarck ; jilid 1 halaman 343-344
7.     Aliran-aliran dan tokoh-tokoh psikologi ; Prof. Dr. W Sarwono ; 173

psikoterapi yang dikemukakan dan dikembangkannya ini menjadi popular karena:
  1. Secara historis lebih terikat kepada psikologi dari pada kedokteran
  2. Mudah dipelajari
  3. Untuk mempergunakannya dibutuhkan sedikit atau tanpa pengetahuan mengenai diagnosis dan dinamika kepribadian
  4. Lamanya perawatan lebih singkat jika dibandingkan misalnya dengan terapi secara psikoanalistis.


F.       APLIKASI METODE PSIKOTRAPI ROGERS DALAM KONSELING
Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang dikemukakan dan dikembangkannya. Dasar dari teknik terapinya tersebut Rogers menilai bahawa Manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya dan menciptakan  kesehatan dan menyesuaikannya.
Dengan demikian, konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan pengertiannya dan rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini konselor diharapkan bersifat dan bersikap:
1.         Menerima (Acceptance)
Sikap terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat dan mengembangkan diri apa adanya.
4.    Kehangatan (Warmth)
Ditujukan   agar  klien   merasa  aman   dan memiliki penilaian yang lebih positif tentang dirinya.
5.    Tampil apa  adanya (Genuine)
Kewajaran yang perlu ditampilkan oleh terapis agar klien memiliki sikap positif.
6.    Empati (Emphaty)
Menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah (internal frame  of reference),  klien   akan memberikan manfaat besar dalam memahami diri dan problematikanya.
7.    Penerimaan tanpa  syarat (Unconditional positive  regard)
Sikap penghargaan tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien, betapapun  negatif perilaku atau sifat klien, yang kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
8.    Transparansi (Transparancy)
Penampilan  terapis  yang transparan atau tanpa topeng pada   saat  terapi   berlangsung    maupun  dalam kehidupan keseharian merupakan   hal yang penting  bagi klien untuk mempercayai dan menimbulkan rasa aman terhadap segala sesuatu yang diutarakan.
9.    Kongruensi (Congruence)
Konselor   dan  klien  berada pada hubungan yang sejajar dalam   relasi  terapeutik  yang   sehat. Terapis  bukanlah  orang  yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari kliennya.

Dengan demikian, akan dapat dilihat perubahan yang terjadi dalam proses terapi antara lain :
1.      Klien akan mengekspresikan pengalaman dan perasaannya tentang kehidupan, dan problem yang dihadapi.
2.      Klien akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat makna perasaannya.
3.      Klien mulai merasakan self concept antara dirinya dan pengalaman mereka.
4.      Klien sadar penuh akan perasaan yang mengganggu.
5.      Klien mampu mengenal konsep diri dengan terapi yang tidak mengancam.
6.      Ketika terapi dilanjutkan, konsep dirinya menjadi congruence.
7.      7. Mereka mengembangkan kemampuan dengan pengalaman yang dibentuk oleh unconditional positive regard.
8.      Mereka akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga mampu berelasi sosial dengan baik.
9.      Mereka menjadi positif dalam menghargai diri sendiri.

III.   KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia / individu. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka


DAFTAR PUSTAKA

Amira Diniati (2009), teori-teori konseling, Pekanbaru : Daulat Riau
Howad S. Friedman dan Miriam W. Schustarck (2006) ; Keperibadian ; jilid 1
Howad S. Friedman dan Miriam W. Schustarck (2006) ; Keperibadian ; jilid 2
Prof. Dr. W Sarwono (2000) ; Aliran-aliran dan tokoh-tokoh psikologi